Mitigasi Bencana: Pelatihan Sekolah Siaga Bencana di Daerah Rawan
Mengingat Indonesia berada di Cincin Api Pasifik, edukasi tentang Mitigasi Bencana harus diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan formal. Sekolah, sebagai pusat kegiatan harian anak-anak, memiliki peran krusial untuk menjadi garda terdepan dalam kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa, tsunami, atau banjir. Program pelatihan “Sekolah Siaga Bencana” (SSB) kini digencarkan di daerah-daerah rawan, bertujuan membentuk budaya aman sejak dini. Fokus pada Mitigasi Bencana di lingkungan pendidikan adalah investasi masa depan. Kemampuan untuk selamat dari bencana dan memulihkan diri dengan cepat adalah pondasi non-finansial yang penting dalam menjaga Kemandirian Finansial keluarga.
Pelatihan Sekolah Siaga Bencana terbaru diselenggarakan secara intensif selama tiga hari, terhitung mulai tanggal 15 hingga 17 November 2024, di 15 Sekolah Dasar (SD) yang berlokasi di zona rawan gempa dan likuifaksi. Kegiatan ini diprakarsai oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan (Disdik). Kepala Seksi Pencegahan BPBD, Bapak Dr. Dwi Prasetyo, M.T., menjelaskan bahwa target pelatihan ini adalah melatih 1.500 guru dan 7.000 siswa untuk memahami jalur evakuasi, titik kumpul aman, dan prosedur pertolongan pertama. “Kami tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga simulasi evakuasi secara mendadak. Pada hari terakhir, simulasi gempa dilakukan secara serentak pukul 09.00 WIB, dan waktu tercepat evakuasi tercatat 1 menit 30 detik, jauh lebih baik dari target standar 2 menit,” kata Dr. Dwi.
Komponen utama Mitigasi Bencana dalam program SSB mencakup pembentukan tim siaga bencana sekolah yang terdiri dari guru dan siswa. Tim ini bertanggung jawab atas pemeliharaan jalur evakuasi dan pemeriksaan berkala terhadap kondisi fisik bangunan sekolah. Selain itu, kurikulum lokal kini diwajibkan menyisipkan materi tanggap bencana minimal 4 jam pelajaran per bulan, terhitung mulai semester genap tahun ajaran 2025.
Peran aparat keamanan juga penting dalam mendukung program Mitigasi Bencana di sekolah. Pihak kepolisian sektor, melalui Bhabinkamtibmas Aiptu Susi Handayani, terlibat dalam sesi edukasi tentang bahaya hoaks atau informasi palsu saat terjadi bencana. Aiptu Susi menyatakan pada Jumat, 15 November 2024, bahwa “informasi yang salah bisa memicu kepanikan dan menghambat proses evakuasi. Kami mengajarkan siswa dan guru cara memverifikasi informasi resmi hanya dari BPBD dan BMKG.” Program Sekolah Siaga Bencana membuktikan bahwa kesiapsiagaan adalah kunci. Dengan menanamkan pengetahuan dan keterampilan Mitigasi Bencana sejak dini, generasi muda akan tumbuh menjadi individu yang tangguh dan sadar risiko. Kesiapsiagaan ini adalah investasi terbaik yang memungkinkan komunitas segera bangkit pasca-bencana, sehingga upaya mereka untuk mencapai Kemandirian Finansial tidak terhenti oleh dampak kerugian yang tak terhindarkan.
